Selasa, 15 November 2016

Kominusi

Kominusi atau pengecilan ukuran bijih/feed merupakan tahap paling awal dari proses pengolahan mineral. Tahap ini diperlukan selain untuk mereduksi ukuran tentunya, juga untuk meningkatkan liberasi dari mineral berharga yang akan diambil. Artinya, semakin kecil ukuran bijih maka semakin besar juga kemungkinan mineral berharga untuk terbebas dari mineral-mineral pengotor. Lalu apa saja tahapan kominusi?



1. PEREMUKAN (CRUSHING)

Tahapan pertama kominusi adalah peremukan bijih/feed hingga mencapai ukuran tertentu (ukuran paling kecil adalah sekitar 1/2 - 3/8 inci).

Crushing dibagi menjadi beberapa tahap, sebagai berikut:
a.  Primary crushing
Pada tahap ini, peremukan bijih dilakukan dari pertambangan fresh hingga berukuran sekitar 6-8 inci. Alat yang digunakan adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher. Berikut ini adalah gambar ilustrasi dari Jaw Crusher :

sumber: http://www.greatwallcrushers.com/news/201.html
b.  Secondary crushing
Secondary crushing dilakukan setelah tahap primary crushing karena adanya kebutuhan ukuran partikel yang lebih kecil dari hasil primary crushing. Hasil secondary crushing hingga berukuran berkisar antara 2-3 inci. Alat yang digunakan adalah Roll Crusher dan Cone Crusher. Berikut ini adalah gambar ilustrasi Roll Crusher:
sumber: http://www.hnftm.com/product/toothed-roll-crusher.html
c.  Tertiary crushing
Pengadaan tahap crushing ini sebenarnya bersifat optional, artinya disesuaikan dengan kebutuhan. Hasil partikel remukan hingga berukuran sekitar 1/2 - 3/8 inci. Alat yang dapat digunakan adalah Cone Crusher dan Hammer Mill.
sumber: https://i.ytimg.com/vi/mLG_zG2lj3I/hqdefault.jpg

Tahapan crushing di atas tidak serta merta harus dilakukan seluruhnya, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan bijih pada proses yang akan dipilih.

2.  PENGGERUSAN (GRINDING)

Grinding bertujuan untuk mereduksi ukuran partikel hingga lebih kecil daripada 25 mm setelah partikel melewati tahap crushing (peremukan). Proses grinding dibagi menjadi dua, yaitu primary grinding dan fine grinding.

Mekanisme pecahnya partikel diilustrasikan dalam gambar berikut:
sumber : B. A. Wills, .1982. Mineral Processing Technology, Pergamon Press
Keterangan:
a.  Impact or compression
Energi yang diberikan pada permukaan partikel sangat cukup sehingga membuat partikel remuk dengan distribusi ukuran yang lebar.
b.  Chipping
Chipping disebabkan pemberian tekanan dengan arah yang miring.
c.  Abrasion
Terjadi apabila energi yang diberikan paralel terhadap permukaan partikel. Hal ini menyebabkan timbulnya localized stressing dan remuknya sebagian kecil area partikel sehingga distribusi ukuran partikel menjadi kecil.

Grinding bisa dilakukan dalam dua kondisi, kering atau basah. Salah satu faktor yang menentukannya adalah dengan melihat kondisi proses untuk tahap selanjutnya, apakah kering atau basah. Akan lebih mudah apabila kondisi grinding disesuaikan dengan kondisi untuk proses selanjutnya.

Penggerusan dilakukan dalam alat berbentuk silinder yang berputar pada sumbu horizontalnya. Alat tersebut dikenal dengan tumbling mill. Di dalam silinder terdapat media untuk menggerus bijih yang disebut media penggerusan, material yang akan digerus, dan air (pada cara basah).

Berdasarkan media penggerusannya, tumbling mill dibagi menjadi:
1. Ball mill : menggunakan bola-bola baja
2. Rod mill : mengunakan batang-batang baja berbentuk silinder
3. Pebble mill : mengunakan kerikil (batuan) yang sangat keras
4. Autogenous mill : tanpa mengunakan media (bijihnya sendiri yang berfungsi sebagai media penggerusan)
5. SAG (Semi Autogenous Mill) : mengunakan bijihnya sendiri ditambah bola-bola baja

Sedangkan berdasarkan ukurannya, tumbling mill diklasifikasikan menjadi:
1. Ball mill : Length (L) ≈ Diameter (D)
2. Rod mill : L ≈ 2D
3. Tube mill : L > D
4. Autogenous mill dan SAG (Semi Autogenous mill): L< D




Pustaka:
B. A. Wills, Bsc, Ph. D., C. Eng., MIMM. 1982. Mineral Processing Technology, Pergamon Press, 4th edition

Tidak ada komentar:

Posting Komentar