Kominusi atau pengecilan ukuran bijih/feed merupakan tahap paling awal dari proses pengolahan mineral. Tahap ini diperlukan selain untuk mereduksi ukuran tentunya, juga untuk meningkatkan liberasi dari mineral berharga yang akan diambil. Artinya, semakin kecil ukuran bijih maka semakin besar juga kemungkinan mineral berharga untuk terbebas dari mineral-mineral pengotor. Lalu apa saja tahapan kominusi?
1. PEREMUKAN (CRUSHING)
Tahapan pertama kominusi adalah peremukan bijih/feed hingga mencapai ukuran tertentu (ukuran paling kecil adalah sekitar 1/2 - 3/8 inci).
Crushing dibagi menjadi beberapa tahap,
sebagai berikut:
a. Primary
crushing
Pada tahap ini, peremukan bijih
dilakukan dari pertambangan fresh
hingga berukuran sekitar 6-8 inci. Alat yang digunakan adalah Jaw Crusher dan
Gyratory Crusher. Berikut ini adalah gambar ilustrasi dari Jaw Crusher :
sumber: http://www.greatwallcrushers.com/news/201.html
b. Secondary
crushing
Secondary crushing dilakukan
setelah tahap primary crushing karena adanya kebutuhan ukuran partikel yang
lebih kecil dari hasil primary crushing. Hasil secondary crushing hingga
berukuran berkisar antara 2-3 inci. Alat yang digunakan adalah Roll Crusher dan
Cone Crusher. Berikut ini adalah gambar ilustrasi Roll Crusher:
sumber: http://www.hnftm.com/product/toothed-roll-crusher.html
c. Tertiary
crushing
Pengadaan tahap crushing ini
sebenarnya bersifat optional, artinya disesuaikan dengan kebutuhan. Hasil
partikel remukan hingga berukuran sekitar 1/2 - 3/8 inci. Alat yang dapat
digunakan adalah Cone Crusher dan Hammer Mill.
sumber: https://i.ytimg.com/vi/mLG_zG2lj3I/hqdefault.jpg
Tahapan crushing di atas tidak serta merta harus dilakukan seluruhnya, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan bijih pada proses yang akan dipilih.
2. PENGGERUSAN (GRINDING)
Grinding
bertujuan untuk
mereduksi ukuran partikel hingga lebih kecil daripada 25 mm setelah partikel
melewati tahap crushing (peremukan).
Proses grinding dibagi menjadi dua,
yaitu primary grinding dan fine grinding.
Mekanisme pecahnya partikel diilustrasikan
dalam gambar berikut:
sumber : B. A. Wills, .1982. Mineral
Processing Technology, Pergamon Press
Keterangan:
a. Impact or compression
Energi yang diberikan pada permukaan partikel sangat cukup sehingga membuat partikel remuk dengan distribusi ukuran yang lebar.
b. Chipping
Chipping disebabkan pemberian tekanan dengan arah yang miring.
c. Abrasion
Terjadi apabila energi yang diberikan paralel terhadap permukaan partikel. Hal ini menyebabkan timbulnya localized stressing dan remuknya sebagian kecil area partikel sehingga distribusi ukuran partikel menjadi kecil.
Grinding
bisa dilakukan dalam
dua kondisi, kering atau basah. Salah satu faktor yang menentukannya adalah
dengan melihat kondisi proses untuk tahap selanjutnya, apakah kering atau
basah. Akan lebih mudah apabila kondisi grinding
disesuaikan dengan kondisi untuk proses selanjutnya.
Penggerusan dilakukan dalam
alat berbentuk silinder yang berputar pada sumbu horizontalnya. Alat tersebut dikenal dengan tumbling
mill. Di dalam silinder terdapat media untuk menggerus bijih yang disebut media
penggerusan, material yang akan digerus, dan air (pada cara basah).
Berdasarkan media penggerusannya, tumbling mill dibagi menjadi:
1. Ball mill : menggunakan bola-bola baja
2. Rod mill : mengunakan batang-batang baja berbentuk
silinder
3. Pebble mill : mengunakan kerikil (batuan) yang
sangat keras
4. Autogenous mill : tanpa mengunakan media
(bijihnya sendiri yang berfungsi sebagai media penggerusan)
5. SAG (Semi Autogenous Mill) : mengunakan
bijihnya sendiri ditambah bola-bola baja
Sedangkan
berdasarkan ukurannya, tumbling mill diklasifikasikan
menjadi:
1. Ball
mill : Length (L) ≈ Diameter (D)
2. Rod mill : L ≈ 2D
3. Tube mill : L > D
4. Autogenous mill dan SAG (Semi Autogenous mill): L< D
Pustaka:
B. A. Wills, Bsc, Ph. D., C. Eng., MIMM. 1982. Mineral Processing Technology, Pergamon Press, 4th edition
Tidak ada komentar:
Posting Komentar